PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM PERUSAHAAN SISWA SMAN 1 RANTAU PULUNG PADA SEMESTER GANJIL TAHUN 2010
Oleh :
TAUFIK HIDAYAT, M.Pd
NIP. 195901151998021001
SMA NEGERI 1 RANTAU PULUNG
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatnya penulis dapat mengikuti “ Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah dan Kepala sekolah” periode tanggal 21 s/d 26 September 2010 tahap in-service learning-1 Kerja sama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidik Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP Kalimantan Timur
Proposal PTS dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Program Perusahaan Siswa di SMAN 1 Rantau Pulung pada Semester Ganjil tahun Pelajaran 2010 “ ini disusun sebagai bagian dan merupakan tugas Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dari pelatihan tahap pertama (in service learning-1) tersebut, yang selanjutnyauntuk ditindak lanjuti diimplementasikan dalam pelatihan tahap ke dua (on-the job learning) yang diselenggarakan selama satu bulan.
Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan nara sumber maka proposal ini dapat terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran khususnya di SMAN 1 Rantau Pulung Kecamatan rantau Pulung Kabupaten Kutai Timur.
Samarinda 26 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengatar
Daftar Isi
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Pemecahan Masalah
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
H. Kajian Pustaka/Teoritis
I. Metode Penelitian
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
A. Latar Belakang
Di era dunia global dewasa ini kewirausahaan merupakan trend baru
mengarahkan pada diri generasi muda untuk mandiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, SMAN 1 Rantau Pulung yang berdiri di tengah msayarakat berpenduduk 80 % berlatar belakang sebagai petani dan sebagian besar tidak mampu untuk membiayai anak-anak mereka untuk melanjutkan belajar di Perguruan tinggi.
Kecamatan Rantau Pulung pada saat ini dijadikan sebagai daerah pengembangan agribisnis oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, yang harapannya di masa yang akan datang nanti akan dapat menumbuhkembangkan jiwa kemandirian bagi masyarakat terutama di bidang perekonomian.
Berdasarkan fenomena di atas, sivitas akademik SMAN 1 Rantau Pulung mencanangkan penerapan program pengembangan agribisnis sebagai program pendidikan muatan lokal, yang tujuannya memberikan pendidikan life skill kepada siswa sehingga setiap siswa dapat memiliki kemampuan di bidang agribisnis (kewirausahaan). Kemampuan berbisnis (berwirausaha) yang didapatkan di sekolah diharapkan dapat berkembang secara mandiri pada diri siswa terutama setelah lulus sekolah, baik bagi yang melanjutkan ke Perguruan tinggi utamanya bagi yang tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Aplikasi program agribisnis (berwirausaha) SMAN 1 Rantau Pulung diwujudkan dalam bentuk pendirian perusahaan siswa yang diberi nama Evergreen Student Company SMAN 1 Rantau Pulung. Lembaga ini merupakan wadah yang dimiliki sekolah yang tugasnya mewadai dan menyalurkan kreatifitas siswa dalam berwirausaha dalam pendidikan terapan. Akan tetapi program pengembangan agribisnis sebagai muatan lokal ini perlu perjuangan yang serius, sehingga dapat berkembang dengan baik sesuai harapan, baik sivitas akademik maupun masyarakat di kecamatan Rantau Pulung.
Berdasarkan dari hal tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tindakan dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Program Perusahaan Siswa di SMAN 1 Rantau Pulung pada Semester Ganjil tahun Pelajaran 2010 “.
B. Identifikasi Masalah
1. Perkembangan pendidikan kewirausahaan di SMAN 1 Rantau Pulung masih belum optimal.
2. Masih terdapat 2 rencana program yang belum berjalan .
3. Belum semua guru terlibat dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan.
4. Belum Semua siswa terlibat dalam program pengembangan perusahaan siswa.
C. Pembatasan Masalah
Dari masalah yang telah diidentifikasikan di atas, maka dalam penelitian ini masalah akan dibatasi pada perkembangan pendidikan kewirausahaan di SMAN 1 Rantau Pulung masih belum optimal.
D. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana upaya meningkatkan kualitas pendidikan kewirausahaan di SMAN 1 Rantau Pulung ?
E. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan workshorp kewirausahaan bagi karyawan perusahaan siswa.
2. Melaksanakan sosialisasi program pengembangan perusahaan kepada semua warga sekolah.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini tujuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan kewirausahaan di SMAN 1 Rantau Pulung.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi guru adalah diharap dapat dijadikan wacana atau referensi agar lebih mengenal dunia usaha (kewirausahaan).
2. Manfaat bagi siswa diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa dalam menerima pembelajaran kewirausahaan baik secara teori maupun praktik, dan juga memberikan bekal ketrampilan dan pengalaman yang positif tentantang dunia usaha.
H. Kajian Teori
1. Deskripsi Teori
a. Upaya Meningkatkan Kualitas
b. Pendidikan kewirausahaan
Istilah pedidikan kewirausahaan memiliki dua suku kata yang jika berdiri sendiri-sendiri memiliki pengertian yang berdiri sendiri-sendiri pula. Istilah Pendidikan menurut Noeng Muhajir (1999 : 7) adalah upaya terprogram mengantisipasi perubahan sosial oleh pendidik maupun pribadi membantu subjek didik dan satuan sosial berkembang ketingkat yang normatif lebih baik. Pendidikan dapat menjadikan perubahan sosial pada suatu masyarakat sebab pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar terhadap tedidik, subjek didik diberikan sesuatu yang semula ia tidak tahu akhirnya menjadi tahu, yang semula tidak bisa akhirnya menjadi bisa, yang semula tidak berpengetahuan akhirnya menjadi berpengetahuan. Di mana pengetahuan yang didapatkan perseorangan maupun satuan sosial (masyarakat) dari kegiatan pendidikan tersebut dapat merubah kemampuan seseorang atau masyarakat dalam menjalani kehidupannya.
Pendidikan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama, pendidikan formal yakni kegiatan pendidikan yang dilakukan secara berlembaga, artinya memiliki lembaga yang diakui oleh Negara (pemerintah) dan masyarakat, serta mengacu pada kurikulum Nasional. Kegiatan proses belajar mengajarnya dilakukan secara klasikal dengan jenjang tingkatan dan berkesinambungan (Taufik Hidayat, 2002 : 11). Kedua, pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dikelola oleh lembaga atau masyarakat dengan tidak mengikuti kurikulum Nasional, dan tidak dilaksanakan jenjang klasikal yang berkesinambungan. Pendidikan non formal ini dapat juga disebut sebagi learning society (pendidikan masyarakat) karena kepentingan masyarakat dalam memberikan pendidikan kepada anggota-anggotanya, yang tidak terakomodir oleh pendidikan formal (Taufik Hidayat, 2002 : 13). Pandangan Nasution (1993 : 50) sesungguhnya pendidikan merupakan proses pembudayaan atau disebut enculturation, artinya proses pentransferan kebudayaan terhadap seseorang baik berupa nilai-nilai, norma, teknologi, ekonomi, politik, bahasa, seni, organisasi sosial, hukum, dan agama.
Dengan demikian pendidkan dapat diartikan sebagi usaha manusia (masyarakat) baik perseorangan maupun kelompok yang dilakukan secara sengaja terhadap orang lain baik perseorangan maupun kelompok untuk melakukan perubahan tingkah laku baik perubahan ilmu pengetahuannya maupun perubahn pada perilakunya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif/inovatif dan kesanggupan hati (qolbu) untuk mengambil resiko atas keputusan hasil ciptaannya serta melaksanakannya secara terbaik (sungguh-sungguh, ulet, gigih, tekun, progresif, pantang menyerah, dsb) sehingga nilai tambah yang diharapkan dapat dicapai. Jadi, seorang wirausahawan memiliki kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain (prinsip kreatif dan inovatif) dan hasilnya adalah buah pikiran yang asli dan bukannya replikasi baru dan bukannya meniru, memberikan kontribusi dan bukannya membuat rugi (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2010 : 6-7) istilah kewirausahaan mulai masuk ke khazanah teori ekonomi berkat jasa Cantillon (1931) meskipun istilahnya sendiri baru diperkenalkan oleh Say di tahun 1803. Istilah ini diterjemahkan secara bervariasi dalam bahasa Inggris, mulai dari “ pedagang” (merchant), “ pemilik usaha ” hingga “ petualang”. Makna aslinya kurang lebih adalah “ pelaksana dari suatu proyek” John Stuart Mill (1848) mempopulerkan istilah itu di Inggris. Sedangkan menurut Schumpeter (1934) para wira usaha adalah motor penggerak ekonomi, fungsi inovasi yang mereka jalankan menduduki tempat sentral. Pandangan ini didukung oleh Hayek (1937) dan Kirzner (1973) yang menekankan peran kewirausahaan dalam pencarian dan pemanfaatan informasi. Kepekaan para wira usaha atas hal-hal yang bisa mendatangkan keuntungan dan kesigapan mereka dalam mengekploitasi sumber daya merupakan kunci penguasaan proses-proses pasar. Hayek dan Kirzner melihat para wira usaha sebagai agen perubahan, sedangkan Schumpeter melihatnya sebagai sumber atau pencipta perubahan itu sendiri (Mark Casson dalam Adam Kuper, 2000 : 297).
Menurut Muhammad Firdaus (2008:40) Kewirausahaan diidentikkan dengan istilah perusahaan atau badan usaha, menurutnya badan usaha adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi atau faktor-faktor produksi untuk menyediakan barang jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Dari teori-teori yang dipaparkan di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidkan kewirausahaan yang dimaksud di atas dapat diartikan sebagai usaha sadar seseorang (kelompok masyarakat) atau usaha yang dilakukan dengan secara sengaja oleh seseorang (kelompok masyarakat) tentang pentransferan ilmu pengetahuan kewirausahaan maupun ketrampilan kewirausahaan kepada siswa secara formal dan kelembagaan, sehingga siswa memiliki kemampuan dan pengalaman untuk melaksanakannya dalam kehidupan yang nyata.
c. Perusahaan siswa
Evergreen Student Company adalah perusahaan siswa yang dimiliki SMAN 1 Rantau Pulung, dan didirikan pada tahun 2007. Evergreen Student Company bergabung dengan jaringan program PJI (Prestasi Junior Indonesia) yang berpusat di Jakarta. Sedangkan PJI (Prestasi Junior Indonesia) adalah lembaga nirlaba yang berafiliasi dengan Junior achievement worldwide (JA Worldwide) yang programnya dijalankan pada lebih dari 100 negara di dunia dan diikuti kurang lebih dari 6 juta pelajar di dunia, dan JA Worldwide berkedudukan di Colorado USA.
Prestasi Junior Indonesia didirikan oleh Marzuki darusman dan Robert Gardiner tahun 1995. Tujuannya memperkenalkan dan mengajarkan pendidikan dan aplikasi bisnis serta ekonomi mulai dari jenjang sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Visinya adalah menciptakan generasi muda yang memiliki prinsip hidup yang kuat. Dan misinya adalah kerja sama dengan para pendidik, kalangan bisnis dan lembaga-lembaga terkait.(Prestasi Junior Indonesia, 2006: 7).
I. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Rantau Pulung yang terletak di wilayah kecamatan Rantau Pulung Kabupaten Kutai Timur.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan School Action Research atau Penelitian Tindakan Sekolah.
3. Waktu dan Lama Penelitian
Waktu penelitian di bulan september s/d bulan oktober yaitu dari tanggal 27 September sampai berakhir pada tanggal 25 Oktober 2010.
4. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitiannya adalah siswa anggota pengurus perusahaan, siswa pemegang saham, dan dewan guru.
5. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel bebas : Perusahaan Siswa SMAN 1 Rantau Pulung (Evergreen Student Company), dan diberikan tanda X
b. Variabel terikatnya adalah kualitas pendidikan kewirausahaan dan diberi tandaY.
1. Desain Penelitian
Penelitian tindakan Sekolah (PTS) merupakan bentuk replektif oleh pelaku tindakan. PTS dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan dan memperbaiki kondisi pengelolaan sekolah yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini, prosedur penelitian mencakup langkah-langkah 1) melaksanakan work shorp, 2) melaksanakan sosialisasi pengembangan program perusahaan, 3) membuat evaluasi.
Rencana Kegiatan dalam setiap siklus
a. Perencanaan
1. Menyiapkan materi workshorp, sekenario workshorp, sekenario sosialisasi, dan menyiapkan instrumen evaluasi.
2. Menyiapkan jadual rencana program workshorp dan sosialisasi pengembangan program
3. Menyiapkan materi program yang rencana kembangkan.
b. Pelaksanaan
1. Workshorp dilaksanakan selama tiga hari di awal oktober
2. Sosialisasi dilaksanakan selama 2 hari di pertengahan bulan oktober
3. Pada Hari Kedua sosialisasi dilaksanakan lounching saham Evergreen Student Company (Perusahaan Sisawa SMAN 1 Rantau Pulung)
c. Observasi
Penelitian dan pembina kewirausahaan mengamati jalannya proses berjalannya workshorp dan sosialisasi serta mengamati aktivitas siswa dalam kewirausahaan di sekolah dan aktivitas Evergreen Student Company.
d. Instrumen
Instrumen yang digunakan Lembar kerja, lembar observasi, absensi perusahaan, dan lembar saham.
e. Analisis data dan repleksi
Pada tahap ini Kepala Sekolah melakukan diskusi mengenai hasil tindakan dan perubahan yang telah dilaksanakan saatdilakukan tindakan. Kemudian dari data absensi dan hasil observasi setiap siklus untuk dilakukan refleksi yang hasilnya akan digunakan sebagai revisi dan acuan untuk merencanakan putaran berikutnya
f. Alur Kerja
Penjajagan Rencana Penjajagan Sesudah Aksi
Sebelum aksi Implementasi
Observasi Observasi Observasi Jika belum
Memuaskan
Keadaan sebelum Upaya perubahan Keadaan
Dilakukan tindakan dgn dilaksanakan sesudah
tindakan dilakukan
tindakan
Refleksi Ke putaran berikutnya
g. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atas pengamatan terhadap pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan di SMAN 1 Rantau Pulung Melalui perusahaan siswa.
J. Jadual Penelitian
NO KEGIATAN WAKTU
1 Membuat Proposal 25 sampai 27 September 2010
2 Melaksanakan PTS Tgl 27 Sept s/d 15 Okt 2010
3 Membuat Laporan PTS Tgl 16 Oktober s/d 23 Oktber 2010
4 Seminar Hasil PTS Tgl 25-27 Oktober 2010
K. Anggaran Biaya
NO KEGIATAN Anaggaran
1 Membuat Proposal Rp 700.000,-
2 Melaksanakan PTS RP 2.000.000,-
3 Membuat Laporan PTS Rp 500.000,-
4 Seminar Hasil PTS LPMP RP 1.500.000,-
Jumlah Rp 4.700.000,-
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Adam Kuper dan Jesica Kuper (2000). Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
2. Nasution, S, (1993). Pengembangan Kurikukum . Bandung : Citra Aditya Bakti.
3. Noeng Muhajir (1999). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta, Rake Sarasin.
4. Taufik Hidayat (2002). Paradigma Pendidikan Kutai Timur dalam Perspektif Desentralisasi. Perpustakaan SMAN 1 Rantau Pulung.
5. Zamroni (2001). Paradigma Pendidikan Masa depan. Yogyakarta: BIGRAF Publising.
6. http://id.wikipedia.org/wiki/perusahaan
7. http://syadiashere.com
Rabu, 29 September 2010
contoh proposal PTS Kepala SMK
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
UPAYA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN DUDI (DUNIA KERJA DAN DUNIA INDUSTRI) TERHADAP LULUSAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA
Oleh:
JAMHARI SP
NUPTK : 7737 7476 5020 0022
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(SMK) MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rakhmatnya penulis dapat mengikuti “Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah” perioda tanggal 21 s.d 26 September 2010 tahap in service learning-1 Kerjasama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP Kalimantan Timur.
Proposal PTS dengan judul “Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri Terhadap Lulusan Pada Smk Muhammadiyah 1 Sangatta” ini disusun sebagai bagian dan merupakan tugas “Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)” dari Pelatihan tahap pertama (in service learning-1) tersebut, yang selanjutnya untuk ditindaklanjuti/ diimplementasikan dalam Pelatihan tahap kedua (on the job learning) yang diselenggarakan selama 1 (satu) bulan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur
Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan dari narasumber maka proposal ini dapat terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur
Samarinda, 26 September 2010.
Penulis,
JAMHARI SP
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
A. Latar Belakang 4
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 5
D. Perumusan Masalah 6
E. Pemecahan Masalah 6
F. Tujuan Penelitian 6
G. Manfaat Penelitian 7
H. Kajian Pustaka / Teoritis 7
1. Pengantar 7
2. Pengajaran Orientasi Link And Match 10
I. Metode Penelitian 16
Daftar Pustaka 21
Lampiran - lampiran
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan SMK ibarat mengasah pisau bermata dua; Mata kanan dipersiapkan pada penyiapan tenaga terampil sehingga mampu mengisi peluang kerja. Sementara Mata kiri lulusan SMK juga harus mampu bersaing di Perguruan Tinggi. Kenyataan bahwa lulusan SMK tidak sedikit melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun demikian tidak semua lulusan SMK mampu bersaing di dunia kerja. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat persaingan kerja; penguasaan teknologi tertinggal; attitude yang belum siap, serta jiwa kemandirian yang belum terbangun dengan matang. Pada persaingan ke Perguruan Tinggi SMK masih dianak tirikan, prestasi siswa SMK belum bisa dipergunakan masuk di Perguruan Tinggi tanpa seleksi. Berbeda dengan siswa SMA yang berprestasi (Mendiknas, kaltim post, jum’at 14 Mei 2010), pada jalur regulerpun rata-rata kalah bersaing dengan lulusan SMA, karena materi test di Perguruan Tinggi lebih banyak materi umum yang dominan di ajarkan pada SMA.
Berfokus pada SMK sebagai lembaga pendidikan untuk penyiapan tenaga terampil / skill. Maka kompetensi lulusan harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Perkembangan penerapan teknologi yang cukup pesat pada dunia industri belum sepadan dengan penguasaan teknologi bagi guru dan siswa serta kemampuan sekolah mengadakan peralatan teknologi terbaru. Sehingga kenyataan yang ada selama ini tingkat daya saing lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta dalam mengisi peluang kerja di Wilayah Kutai Timur khususnya masih rendah dan masih kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar Kutai Timur.
Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui dan temukan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK Muhammadiyah 1 Sangatta. Sehingga mampu bersaing dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri di Kutai Timur khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kompetensi lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta belum sesuai yang diharapkan oleh pasar kerja;
2. Kompetensi guru rendah dan tertinggal khususnya pada penguasaan perkembangan teknologi;
3. Beban ngajar guru khususnya produktif banyak ; rata – rata diatas 32 jam per minggu;
4. Sarana alat praktik siswa tertinggal dan kurang;
5. Motivasi belajar siswa rendah;
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, dari masalah – masalah yang telah teridentifikasi sebagaimana tersebut diatas, maka penelitian ini dibatasi pada ” rendah penyerapan lulusan oleh Dunia Usaha dan Industri”.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarlan latar belakangdan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
”Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas kompetensi lulusan agar dapat terserap di Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dudi) ?”
E. PEMECAHAN MASALAH
Sebagaimana rumusan masalah tersebut diatas, maka dalam pemecahan masalah pada penelitian ini akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut ;
1. Melakukan IHT ( In House Trining) sekolah, guru dan perwakilan Industri
2. Workshop penyusunan KTSP dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari hasil IHT.
3. Melakukan penelitian kualitatif yang menganalisis ; 1. Standar Kompetensi Lulusan, 2. Standar kompetensi penerimaan tenaga kerja oleh DUDI 3. Penguasaan dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan pemanfaat media alat pembelajaran.
F. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk ;
1. Meningkatkan penyerapan Dudi terhadap lulusan;
2. Mengetahui langkah – langkah yang tepat dalam upaya keterserapan lulusan di Dudi.
G. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Kepala Sekolah dalam memecahkan masalah kualitas lulusan, meningkatnya kepedulian Dudi untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, pada akhirnya meningkatnya keterserapan lulusan pada Dudi.
H. KAJIAN PUSTAKA / TEORITIS
1. Pengantar
Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Evans & Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikutip oleh Slamet (1990:2), menyatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Malik, 1990:94). National Council for Research into Vocational Education Amereka Serikat (NCRVE, 1981:15), Pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja. bahwa salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.
bahwa pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan mereka agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku.
Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dapat dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship) (Evans
& Edwin, 1978:36). Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun demikian pola latihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan karena peserta didik dapat langsung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri (Elliot, 1983:15).
Ditinjau dari tujuannya, menurut Thorogood (1982:328) di sebagian besar negara Organization for Economic cooperation and Development (OECD) pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan industri, (5) mendorong dan meningkatkan kualitas masyarakat.
Sedangkan Thorogood, Evans seperti yang dikutip oleh Wenrich & Wenrich (1974:63) menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2) meningkatkan pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan motivasi kerja kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya.
Pendidikan tingkat SMK di samping mengemban tugas pendidikan secara umum, pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja ( Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi lima kategori, yaitu
1. program pengarahan kerja (pre vocational guidance education),
2. program persiapan kerja (employability preparation education),
3. program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area preparation education),
4. program persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific education), dan
5. program pendidikan kejuruan khusus (job specific education).
Pada program pengarahan kerja, sekolah memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang berbagai jenis pekerjaan di masyarakat sekaligus menumbuhkan apresiasi terhadap berbagai pekerjaan tersebut, sedangkan pada program persiapan kerja, sekolah memberikan dasar-dasar sikap dan keterampilan kerja, meskipun masih bersifat umum. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun tentunya masih harus melalui latihan di dalam pekerjaan.
Untuk program persiapan bidang pekerjaan secara umum, sekolah memberikan bekal guna meningkatkan kemampuan bekerja untuk bidang pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, peralatan yang sejenis. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai pilihan lapangan pekerjaan yang lebih jelas dan lebih cepat mengikuti latihan di dalam pekerjaan.
Program persiapan kerja yang spesifik memberikan bekal yang sudah mengarah kepada jenis pekerjaan tertentu, meskipun belum pada suatu perusahaan tertentu. Lebih khusus lagi adalah program pendidikan kejuruan khusus yang sudah terarah pada pekerjaan khusus, yaitu mendidik siswa untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh suatu perusahaan tertentu.
Kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta keterampilan dasar untuk setiap kali dapat menyesuaikan diri kembali pada perubahan tertentu (retrainability). Dengan bekal tersebut diharapkan lulusan sekolah kejuruan tidak hanya terpancang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong untuk mewujudkan lapangan kerja baru dengan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya secara optimal.
2. Pengajaran Orientasi Link And Match
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah yang mempunyai misi khusus. SMK bertujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional (Peraturan Pemerintan No.29/1990) sebagai tenaga kerja tingkat menengah pada DUDI. Implementasi dari SMK yang berorientasi pada dunia kerja, didasarkan pada kebijakan link and match (keterkaitan dan kesepadanan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995) merumuskan bahwa secara filosofis link and match merupakan cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras dengan aspirasi dan kebutuhan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga hasilnya akan benar-benar sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Kebutuhan masyarakat dalam pembangunan adalah sangat luas, bersifat multidimensional dan multisektoral mulai dari kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk pembinaan warga negara yang baik, dan kebutuhan dunia kerja (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993).
Secara harfiah link berarti ada pertautan, keterkaitan, atau hubungan interaktif, dan match berarti cocok, sesuai, serasi, atau sepadan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Dalam kaitan ini link and match diartikan sebagai proses pendidikan yang seharusnya sesuai dan terkait langsung dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasilnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan tersebut, baik jumlah, mutu, jenis, maupun waktunya. Tujuan link and match adalah untuk mendekatkan antara supply dan demand mutu SDM, terutama yang berhubungan dengan kualitas ketenagakerjaan, dimana dunia pendidikan sebagai penyedia SDM dan dunia kerja serta masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan. Link and match pada dasarnya menyangkut upaya peningkatan sistem pendidikan agar benar-benar berfungsi sebagai wahana atau instrumen bagi pembangunan dan perubahan sosial, sekaligus bermanfaat sebagai investasi untuk pembangunan masa depan.
Secara konseptual dimensi link and match dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.
Dimensi internal menyangkut tiga aspek:
1. secara vertikal, dimana program pembangunan pendidikan dan pengembangan kebudayaan harus benar-benar terpadu dan terkait dengan implementasinya di lapangan,;
2. secara horizontal yaitu upaya meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras dengan program pembangunan pendidikan dan pembangunan kebudayaan pada berbagai unit kerja di lingkungan Lembaga Pendidikan, dan;
3. secara spesial, yaitu upaya untuk meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras antara program dengan pelaksanaan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Dimensi eksternal terkait dengan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrumen pembangunan nasional khususnya perubahan sosial dalam konteks global. Dimensi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan agar lebih sesuai dengan tuntutan seluruh bidang pembangunan nasional.
Implementasi pendidikan berorientasi link and match adalah ;
1. Praktik Kerja Industri (Prakerin)/Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin atau PSG merupakan perkembangan dari magang yaitu belajar sambil bekerja atau bekerja sambil belajar langsung dari sumber belajar dengan aspek meniru sebagai unsur utamanya dan hasil belajar/bekerja itu merupakan ukuran keberhasilannya.
Sistem ganda (dual sistem) dalam hal ini merupakan model penyelenggaraan pendidikan kejuruan dimana perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau industri.
Pendidikan dilaksanakan pada dua tempat yaitu pembelajaran dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning). Siswa berstatus sebagai pemagang di industri dan sebagai siswa di SMK. Sebagai sistem pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri, yang mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan.
Tujuan dari Prakerin/PSG adalah:
a. menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas,
b. memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja,
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas, dan
d. memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).
2. Magang Guru di Dudi
Teknologi adalah akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia dalam mengolah dan menghasilkan karya. Guru sebagai produk pendidikan secara berkelanjutan harus di update pengetahuan dan kompetensinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, yang belum diperoleh di Perguruan Tinggi.
Magang guru bisa dilakukan di dua tempat ;
1. Dunia Usaha dan Industri; sebagai pengguna produk pendidikan; hal ini akan memungkinkan sharing pengetahuan sebagai bahan evaluasi materi kompetensi yang diajarkan pada siswa serta kurikulum implementasi sebagai bagian yang dari kurikulum sekolah.
2. Workstation / Lembaga-Lembaga Diklat; Secara kelembagaan memiliki kualitas dan jaminan mutu.
3. Bursa Kerja Bagi Dudi
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan SMK adalah tingkat keterserapan siswa/alumni di Dunia Kerja. Semakin banyak dan cepat alumni SMK diserap di dunia kerja maka masyarakat semakin banyak memilih SMK tersebut. Untuk itu hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan SMK adalah membangun kemitraan dengan Dudi sebanyak-banyaknya, serta memiliki program kompetensi keahlian yang diperlukan oleh Dudi.
4. Kurikulum Implementasi
Yang dimaksud dengan kurikulum implementasi adalah penerapan kurikulum sesuai dengan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini sebagai tambahan terhadap kurikulum yang sudah ada. Kurikulum implementasi memberikan bekal tambahan bagi siswa sejalan dengan bidang kompetensi keahlian yang ada di sekolah. Pengajar kurikulum implementasi bisa dari karyawan Dudi atau guru yang telah dimagangkan pada Dudi.
5. Asessor Ujian Praktik Kejuruan
Ujian Praktik Kejuruan dilaksanakan sebagai bagian dari Ujian Nasional SMK. Sebagai penguji / asesor adalah salah satunya dari Dunia Usaha dan Industri pasangan; pola penilaian didasarkan pada attitude dan unjuk kerja secara indivual (BSNP ;nomor ; 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009; POS UN 2009/2010). Ujian Praktik Kejuruan untuk memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa pada bidang keahlian yang dipelajari selama di sekolah.
Akhirnya bahwa kurikulum SMK khusus kompetensi kejuruan akan menjadi tanggungjawab sekolah dan Dudi. Pelaksanaan pembelajaran komponen pendidikan adaptif, dan teori kejuruan menjadi tanggung jawab sekolah. Komponen pendidikan praktik dasar profesi dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara sekolah dengan dunia usaha/industri pasangannya, sedangkan komponen pendidikan praktik keahlian profesi menjadi tanggung jawab institusi pasangan masing-masing sekolah.
Kebijakan kemitraan muncul karena disadari bahwa penguasaan keahlian profesional yang sebenarnya hanya dapat dicapai melalui kerja nyata di tempat kerja yang sebenarnya dan bukan di sekolah. Sekolah mampu memberikan kemampuan dasar kejuruan yang kuat, sehingga dengan bekal kemampuan dasar kejuruan yang kuat dapat membantu siswa dalam mendalami pelatihan-pelatihan kerja yang lebih kompleks dan spesifik di dunia kerja. Dengan demikian, kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan keharusan.
Suatu hal yang perlu dicermati oleh sekolah dan dunia usaha yaitu adanya perbedaan sistem nilai yang berlaku pada kedua lembaga tersebut. Di sekolah umumnya hasil kerja dinilai dengan angka 0-10 atau 10-100, resiko gagal masih ditolerir, toleransi penggunaan waktu agak longgar, kegagalan dan keterlambatan tidak selalu diartikan sebagai kerugian, semangat dan motivasi siswa tergantung kecakapan guru, sulit membentuk etos kerja karena lingkungan sekolah santai, lamban mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan teori, dan praktik yang dilakukan masih merupakan simulasi. Di lingkungan dunia usaha/industri hasil pekerjaan diukur dengan diterima atau ditolak, resiko kegagalan bisa fatal berarti rugi uang dan reputasi rusak, penggunaan waktu yang ketat, kegagalan dan keterlambatan dianggap/sebagai kerugian, lingkungan kerja memberi kesempatan setiap orang untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerjanya, kondisi mendorong membentuk etos kerja, lebih cepat mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan kerja dan praktik yang dilakukan berorientasi pasar.
Mengingat adanya perbedaan yang mendasar antara sistem nilai yang berlaku di sekolah dan dunia kerja, maka sekolah benar-benar mempersiapkan siswanya sebelum masuk dunia kerja. Persiapan tersebut meliputi pengetahun kerja, keterampilan kerja, sikap/budaya kerja, dan harus mencari informasi tentang kebutuhan akan industri pasangannya tentang kemampuan dasar kerja yang harus dikuasai siswa sebelum diterjunkan dalam praktik di dunia kerja.
Program kemitraan atau Kerjsama sekolah dan Dunia Usaha/Industri apabila terbangun secara baik akan memberikan nilai tambah bagi Dudi, sekolah maupun siswa.
a. Nilai tambah bagi dunia usaha adalah, (1) dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaan, (2) pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga kerja yang dapat memberi keuntungan, (3) selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan terhadap aturan perusahaan, (4) dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan, dan (5) memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidikan sistem ganda.
b. Nilai tambah bagi sekolah adalah lebih terjaminnya pencapaian: (1) tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik, (2) tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan, (3) terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, dan (4) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan.
c. Nilai tambah bagi peserta didik adalah: (1) hasil belajar akan lebih bermakna, karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan, (2) waktu untuk mencapai keahlian profesional menjadi singkat, (3) keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga dan percaya diri tamatan, yang selanjutnya dapat mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994).
I. METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, mulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 1 November 2010.
2. Personalia
Penelitian dilaksanakan oleh peneliti sendiri, Jamhari SP. sebagai kepala SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, bersama-sama dengan kolaborator yaitu, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Tita Indriani S.Pd dan Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Ambang Dwi Sapto dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Ahmad Natsir, ST.
3. Disain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Sekolah. Langkah-langkah penelitian direncanakan 2 siklus seperti terlihat pada Gambar 1:
Gambar: Rencana Siklus 1 sampai Siklus 2
Langkah-langkah penelitian dalam gambar di atas dapat dijelaskan dalam Tabel 6:
Tabel 1: Rencana langkah-langkah PTS
SIKLUS LANGKAH RENCANA KEGIATAN HASIL
Siklus 1 Perencanaan • Identifikasi masalah dan penetapan tindakan
• Perumusan skenario tindakan
• Persiapan tindakan: instrumen, kolaborator, jadwal, dsb.
• Penentuan macam-macam data yang diperlukan dan bagaimana cara memperolehnya.
• Identifikasi kompetensi-kompetensi yang menjadi standar penerimaan karyawan di Dudi. Dan indentifikasi kompetensi-kompetensi lulusan yang tertuang dalam KTSP dengan indikator
• Masalah: Keterserapan Lulusan ke Dudi
• Tindakan: Promosi lulusan. Standar Skill penerimaan tenaga kerja oleh Dudi. Kesesuaian Kompetensi lulusan dengan Skill yang diinginkan oleh Dudi.
• Apakah kesesuaian kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja/Dudi dapat meningkatnya keterserapan lulusan ke pasar kerja ? Rencana tindakan:
• Promosi lulusan kepada Dudi yang relevan. Membangunan kerjasama dalam peningkatan kualitas pendidikan.
• Kepala sekolah menjalin kerjasama dengan Dudi sebanyak-banyaknya.
• Kepala sekolah dan Dudi melakukan sosialisasi kepada siswa tentang standar, ketentuan dan kriteria Dudi dalam penerimaan tenaga kerja..
• Tindakan dilakukan sampai semua guru, siswa mendapatkan tindakan.
• Instrumen dan panduan pengisiannya terlampir.
Pelaksanaan • Tindakan dilakukan sesuai rencana selama dua minggu.
• Tindakan dilakukan bersama-sama dengan kolaborator, minimal salah satu harus selalu bersama-sama selama tindakan dilakukan. • Tindakan dapat dilaksanakan sesuai skenario.
Pengamatan • Pengamatan dilakukan dengan instrumen
• Data diperoleh sesuai prosedur
• Seluruh kejadian dalam proses tindakan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan • Data kuantitatif
• Data kualitatif
• Catatan peristiwa selama proses tindakan
Refleksi • Evaluasi tindakan dan data-data yang diperoleh
• Pertemuan membahas hasil evaluasi
• Merencanakan langkah-langkah siklus 2 • Masalah atau kesulitan yang dialami
• Peristiwa yang terjadi di luar skenario
• Rencana langkah-langkah siklus 2.
Siklus 2 Perencanaan • Pemasaran lulusan secara tertulis. Ke Dudi
• Rencana langkah sesuai hasil refleksi siklus 1.
Pelaksanaan Pelaksanaan sesuai skenario siklus 2
Pengamatan Pengamatan sesuai rencana siklus 2
Refleksi Evaluasi siklus 2
Kesimpulan, saran, rekomendasi
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan PTS ini disusun berdasarkan pada indikasi permasalahan yang telah diuraikan di depan, yaitu:
No Indikator Pencapaian
1. Kompetensi Lulusan sesuai dengan harapan DUdi 100%
2. Siswa kelas 12 sudah diterima di Dudi oleh Dudi untuk tahun pelajaran yang berjalan menunggu pengumuman UN. 70%
3. Ratio ketersdiaan media pembelajaran praktik dengan siswa 90%
5. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan
1. Penyusunan Proposal 26 September ’10
2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan bersama guru
3. Pemberian Informasi kepada guru dan Siswa Penjelasan instrumen
4. Refleksi & Perencanaan
5. Pelaksanaan Siklus - 1
6. Observasi Siklus - 1
7. Penyebaran angket -1
8. Pengolahan Data - 1
9. Refleksi & Perencanaan
10. Pelaksanaan Siklus - 2
11. Observasi Siklus - 2
12. Penyebaran angket -2
13. Pengolahan Data - 2
14. Refleksi dan Pembahasan
15. Kesimpulan
16. Penyusunan Laporan
6. Rencana Anggaran
Honorarium
Ketua Peneliti : Rp. 500.000,-
Anggota Peneliti/Observer @ 200 rb : Rp. 400.000.-
Pembimbing : Rp. 500.000,-
Tenaga Administrasi : Rp. 100.000.- +
Jumlah : Rp.1.500.000.-
Bahan Habis dan Peralatan Penelitian
Perlengkapan peneliti : Rp. 100.000
Buku-buku literatur : Rp. 1.000.000.-
Pembelian ATK: kertas A4 HVS, tinta, dll. : Rp. 1.000.000.-+
Jumlah : Rp. 2.100.000.-
Transportasi/Perjalanan
Transport 4 orang/hari @ Rp 150rb : Rp. 1.000.000.-
Persiapan dan Pelaporan
Penyusunan proposal : Rp. 100.000.-
Pengolahan dan analisis data : Rp. 100.000.-
Penulisan draft laporan penelitian : Rp. 100.000.-
Penulisan naskah akhir : Rp. 100.000.-
Penjilidan dan pengiriman laporan : Rp. 100.000.-+
Jumlah : Rp. 500.000.-
Rapat, Diskusi dan Seminar
Rapat dan diskusi tim ahli 3x Rp.500rb : Rp. 2.500.000.-
Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000.-
Jumlah : Rp. 3.000.000.-
Jumlah Seluruh Anggaran
Honorarium : Rp. 2.500.000.-
Bahan habis dan peralatan penelitian : Rp. 1.500.000.-
Transportasi : Rp. 1.000.000.-
Persiapan dan laporan pembelajaran : Rp. 500.000.-
Rapat, diskusi dan seminar : Rp. 3.000.000.-+
Jumlah Total Anggaran : Rp. 8.500.000.-
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, nomor 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009, Tentang POS UN 2009/2010
Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary technical and vocational education the united Kingdom. London: Unesco.
Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational education. Columbus, OH: Charles E. Merril Publishing Company.
Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital: Earning of Woman.
Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56.
National Council for Research into Vocational Education (NCRVE). (1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio: NCRVE Publication.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and training policies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in administration of vocational education. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.
LAMPIRAN I
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia
Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada
SMK Muhammadiyah 1 Sangatta
Peneliti : Jamhari SP
Kolega : ......................................................
No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan
1. Penyusunan Proposal 26 Agustus ’10
2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan bersama ......... kolega
3. Pemberian Informasi kepada peserta diklat Penjelasan instrumen
4. Refleksi & Perencanaan
5. Pelaksanaan Siklus - 1
6. Observasi Siklus - 1
7. Penyebaran angket -1
8. Pengolahan Data - 1
9. Refleksi & Perencanaan
10. Pelaksanaan Siklus - 2
11. Observasi Siklus - 2
12. Penyebaran angket -2
13. Pengolahan Data - 2
14. ........dst.nya.........
15. Kesimpulan
16. Penyusunan Laporan
LAMPIRAN II
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia
Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada
SMK Muhammadiyah 1 Sangatta
Peneliti : Jamhari SP
Kolega : ......................................................
No. Uraian Biaya (Rp.) Keterangan
1. Penyusunan Proposal
2. Kertas HVS A-4/80 gram
3. Tinta HP-Laserjet
4. Tinta HP-Deskjet
5. Buku Referensi
6. Penggandaan
7. Penjilidan
8. Pelaksanaan penelitian
9. ..... dst.nya
10.
11.
JUMLAH
Terbilang : ...........................................
Samarinda, 26 Setember 2010
Jamhari SP
NUPTK : 7737 7476 5020 0022
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
UPAYA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PENYERAPAN DUDI (DUNIA KERJA DAN DUNIA INDUSTRI) TERHADAP LULUSAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA
Oleh:
JAMHARI SP
NUPTK : 7737 7476 5020 0022
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(SMK) MUHAMMADIYAH 1 SANGATTA
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rakhmatnya penulis dapat mengikuti “Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah” perioda tanggal 21 s.d 26 September 2010 tahap in service learning-1 Kerjasama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) dengan LPMP Kalimantan Timur.
Proposal PTS dengan judul “Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia Kerja Dan Dunia Industri Terhadap Lulusan Pada Smk Muhammadiyah 1 Sangatta” ini disusun sebagai bagian dan merupakan tugas “Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)” dari Pelatihan tahap pertama (in service learning-1) tersebut, yang selanjutnya untuk ditindaklanjuti/ diimplementasikan dalam Pelatihan tahap kedua (on the job learning) yang diselenggarakan selama 1 (satu) bulan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur
Berkat bantuan rekan sejawat dan arahan dari narasumber maka proposal ini dapat terwujud, semoga ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur
Samarinda, 26 September 2010.
Penulis,
JAMHARI SP
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
A. Latar Belakang 4
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 5
D. Perumusan Masalah 6
E. Pemecahan Masalah 6
F. Tujuan Penelitian 6
G. Manfaat Penelitian 7
H. Kajian Pustaka / Teoritis 7
1. Pengantar 7
2. Pengajaran Orientasi Link And Match 10
I. Metode Penelitian 16
Daftar Pustaka 21
Lampiran - lampiran
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan SMK ibarat mengasah pisau bermata dua; Mata kanan dipersiapkan pada penyiapan tenaga terampil sehingga mampu mengisi peluang kerja. Sementara Mata kiri lulusan SMK juga harus mampu bersaing di Perguruan Tinggi. Kenyataan bahwa lulusan SMK tidak sedikit melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun demikian tidak semua lulusan SMK mampu bersaing di dunia kerja. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat persaingan kerja; penguasaan teknologi tertinggal; attitude yang belum siap, serta jiwa kemandirian yang belum terbangun dengan matang. Pada persaingan ke Perguruan Tinggi SMK masih dianak tirikan, prestasi siswa SMK belum bisa dipergunakan masuk di Perguruan Tinggi tanpa seleksi. Berbeda dengan siswa SMA yang berprestasi (Mendiknas, kaltim post, jum’at 14 Mei 2010), pada jalur regulerpun rata-rata kalah bersaing dengan lulusan SMA, karena materi test di Perguruan Tinggi lebih banyak materi umum yang dominan di ajarkan pada SMA.
Berfokus pada SMK sebagai lembaga pendidikan untuk penyiapan tenaga terampil / skill. Maka kompetensi lulusan harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Perkembangan penerapan teknologi yang cukup pesat pada dunia industri belum sepadan dengan penguasaan teknologi bagi guru dan siswa serta kemampuan sekolah mengadakan peralatan teknologi terbaru. Sehingga kenyataan yang ada selama ini tingkat daya saing lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta dalam mengisi peluang kerja di Wilayah Kutai Timur khususnya masih rendah dan masih kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar Kutai Timur.
Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui dan temukan solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK Muhammadiyah 1 Sangatta. Sehingga mampu bersaing dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri di Kutai Timur khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kompetensi lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sangatta belum sesuai yang diharapkan oleh pasar kerja;
2. Kompetensi guru rendah dan tertinggal khususnya pada penguasaan perkembangan teknologi;
3. Beban ngajar guru khususnya produktif banyak ; rata – rata diatas 32 jam per minggu;
4. Sarana alat praktik siswa tertinggal dan kurang;
5. Motivasi belajar siswa rendah;
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, dari masalah – masalah yang telah teridentifikasi sebagaimana tersebut diatas, maka penelitian ini dibatasi pada ” rendah penyerapan lulusan oleh Dunia Usaha dan Industri”.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarlan latar belakangdan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
”Bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kualitas kompetensi lulusan agar dapat terserap di Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dudi) ?”
E. PEMECAHAN MASALAH
Sebagaimana rumusan masalah tersebut diatas, maka dalam pemecahan masalah pada penelitian ini akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut ;
1. Melakukan IHT ( In House Trining) sekolah, guru dan perwakilan Industri
2. Workshop penyusunan KTSP dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari hasil IHT.
3. Melakukan penelitian kualitatif yang menganalisis ; 1. Standar Kompetensi Lulusan, 2. Standar kompetensi penerimaan tenaga kerja oleh DUDI 3. Penguasaan dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan pemanfaat media alat pembelajaran.
F. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk ;
1. Meningkatkan penyerapan Dudi terhadap lulusan;
2. Mengetahui langkah – langkah yang tepat dalam upaya keterserapan lulusan di Dudi.
G. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Kepala Sekolah dalam memecahkan masalah kualitas lulusan, meningkatnya kepedulian Dudi untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, pada akhirnya meningkatnya keterserapan lulusan pada Dudi.
H. KAJIAN PUSTAKA / TEORITIS
1. Pengantar
Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Evans & Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikutip oleh Slamet (1990:2), menyatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Malik, 1990:94). National Council for Research into Vocational Education Amereka Serikat (NCRVE, 1981:15), Pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja. bahwa salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.
bahwa pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan mereka agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku.
Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dapat dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship) (Evans
& Edwin, 1978:36). Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun demikian pola latihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan karena peserta didik dapat langsung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri (Elliot, 1983:15).
Ditinjau dari tujuannya, menurut Thorogood (1982:328) di sebagian besar negara Organization for Economic cooperation and Development (OECD) pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan industri, (5) mendorong dan meningkatkan kualitas masyarakat.
Sedangkan Thorogood, Evans seperti yang dikutip oleh Wenrich & Wenrich (1974:63) menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2) meningkatkan pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan motivasi kerja kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya.
Pendidikan tingkat SMK di samping mengemban tugas pendidikan secara umum, pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja ( Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi lima kategori, yaitu
1. program pengarahan kerja (pre vocational guidance education),
2. program persiapan kerja (employability preparation education),
3. program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area preparation education),
4. program persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific education), dan
5. program pendidikan kejuruan khusus (job specific education).
Pada program pengarahan kerja, sekolah memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang berbagai jenis pekerjaan di masyarakat sekaligus menumbuhkan apresiasi terhadap berbagai pekerjaan tersebut, sedangkan pada program persiapan kerja, sekolah memberikan dasar-dasar sikap dan keterampilan kerja, meskipun masih bersifat umum. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun tentunya masih harus melalui latihan di dalam pekerjaan.
Untuk program persiapan bidang pekerjaan secara umum, sekolah memberikan bekal guna meningkatkan kemampuan bekerja untuk bidang pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, peralatan yang sejenis. Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai pilihan lapangan pekerjaan yang lebih jelas dan lebih cepat mengikuti latihan di dalam pekerjaan.
Program persiapan kerja yang spesifik memberikan bekal yang sudah mengarah kepada jenis pekerjaan tertentu, meskipun belum pada suatu perusahaan tertentu. Lebih khusus lagi adalah program pendidikan kejuruan khusus yang sudah terarah pada pekerjaan khusus, yaitu mendidik siswa untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh suatu perusahaan tertentu.
Kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta keterampilan dasar untuk setiap kali dapat menyesuaikan diri kembali pada perubahan tertentu (retrainability). Dengan bekal tersebut diharapkan lulusan sekolah kejuruan tidak hanya terpancang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong untuk mewujudkan lapangan kerja baru dengan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya secara optimal.
2. Pengajaran Orientasi Link And Match
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah yang mempunyai misi khusus. SMK bertujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional (Peraturan Pemerintan No.29/1990) sebagai tenaga kerja tingkat menengah pada DUDI. Implementasi dari SMK yang berorientasi pada dunia kerja, didasarkan pada kebijakan link and match (keterkaitan dan kesepadanan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995) merumuskan bahwa secara filosofis link and match merupakan cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras dengan aspirasi dan kebutuhan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga hasilnya akan benar-benar sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Kebutuhan masyarakat dalam pembangunan adalah sangat luas, bersifat multidimensional dan multisektoral mulai dari kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk pembinaan warga negara yang baik, dan kebutuhan dunia kerja (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993).
Secara harfiah link berarti ada pertautan, keterkaitan, atau hubungan interaktif, dan match berarti cocok, sesuai, serasi, atau sepadan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Dalam kaitan ini link and match diartikan sebagai proses pendidikan yang seharusnya sesuai dan terkait langsung dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasilnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan tersebut, baik jumlah, mutu, jenis, maupun waktunya. Tujuan link and match adalah untuk mendekatkan antara supply dan demand mutu SDM, terutama yang berhubungan dengan kualitas ketenagakerjaan, dimana dunia pendidikan sebagai penyedia SDM dan dunia kerja serta masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan. Link and match pada dasarnya menyangkut upaya peningkatan sistem pendidikan agar benar-benar berfungsi sebagai wahana atau instrumen bagi pembangunan dan perubahan sosial, sekaligus bermanfaat sebagai investasi untuk pembangunan masa depan.
Secara konseptual dimensi link and match dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.
Dimensi internal menyangkut tiga aspek:
1. secara vertikal, dimana program pembangunan pendidikan dan pengembangan kebudayaan harus benar-benar terpadu dan terkait dengan implementasinya di lapangan,;
2. secara horizontal yaitu upaya meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras dengan program pembangunan pendidikan dan pembangunan kebudayaan pada berbagai unit kerja di lingkungan Lembaga Pendidikan, dan;
3. secara spesial, yaitu upaya untuk meningkatkan keterkaitan secara terpadu dan selaras antara program dengan pelaksanaan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Dimensi eksternal terkait dengan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrumen pembangunan nasional khususnya perubahan sosial dalam konteks global. Dimensi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan agar lebih sesuai dengan tuntutan seluruh bidang pembangunan nasional.
Implementasi pendidikan berorientasi link and match adalah ;
1. Praktik Kerja Industri (Prakerin)/Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin atau PSG merupakan perkembangan dari magang yaitu belajar sambil bekerja atau bekerja sambil belajar langsung dari sumber belajar dengan aspek meniru sebagai unsur utamanya dan hasil belajar/bekerja itu merupakan ukuran keberhasilannya.
Sistem ganda (dual sistem) dalam hal ini merupakan model penyelenggaraan pendidikan kejuruan dimana perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau industri.
Pendidikan dilaksanakan pada dua tempat yaitu pembelajaran dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning). Siswa berstatus sebagai pemagang di industri dan sebagai siswa di SMK. Sebagai sistem pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri, yang mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan.
Tujuan dari Prakerin/PSG adalah:
a. menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas,
b. memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja,
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas, dan
d. memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).
2. Magang Guru di Dudi
Teknologi adalah akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia dalam mengolah dan menghasilkan karya. Guru sebagai produk pendidikan secara berkelanjutan harus di update pengetahuan dan kompetensinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, yang belum diperoleh di Perguruan Tinggi.
Magang guru bisa dilakukan di dua tempat ;
1. Dunia Usaha dan Industri; sebagai pengguna produk pendidikan; hal ini akan memungkinkan sharing pengetahuan sebagai bahan evaluasi materi kompetensi yang diajarkan pada siswa serta kurikulum implementasi sebagai bagian yang dari kurikulum sekolah.
2. Workstation / Lembaga-Lembaga Diklat; Secara kelembagaan memiliki kualitas dan jaminan mutu.
3. Bursa Kerja Bagi Dudi
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan SMK adalah tingkat keterserapan siswa/alumni di Dunia Kerja. Semakin banyak dan cepat alumni SMK diserap di dunia kerja maka masyarakat semakin banyak memilih SMK tersebut. Untuk itu hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan SMK adalah membangun kemitraan dengan Dudi sebanyak-banyaknya, serta memiliki program kompetensi keahlian yang diperlukan oleh Dudi.
4. Kurikulum Implementasi
Yang dimaksud dengan kurikulum implementasi adalah penerapan kurikulum sesuai dengan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum ini sebagai tambahan terhadap kurikulum yang sudah ada. Kurikulum implementasi memberikan bekal tambahan bagi siswa sejalan dengan bidang kompetensi keahlian yang ada di sekolah. Pengajar kurikulum implementasi bisa dari karyawan Dudi atau guru yang telah dimagangkan pada Dudi.
5. Asessor Ujian Praktik Kejuruan
Ujian Praktik Kejuruan dilaksanakan sebagai bagian dari Ujian Nasional SMK. Sebagai penguji / asesor adalah salah satunya dari Dunia Usaha dan Industri pasangan; pola penilaian didasarkan pada attitude dan unjuk kerja secara indivual (BSNP ;nomor ; 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009; POS UN 2009/2010). Ujian Praktik Kejuruan untuk memberikan penilaian terhadap kompetensi siswa pada bidang keahlian yang dipelajari selama di sekolah.
Akhirnya bahwa kurikulum SMK khusus kompetensi kejuruan akan menjadi tanggungjawab sekolah dan Dudi. Pelaksanaan pembelajaran komponen pendidikan adaptif, dan teori kejuruan menjadi tanggung jawab sekolah. Komponen pendidikan praktik dasar profesi dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara sekolah dengan dunia usaha/industri pasangannya, sedangkan komponen pendidikan praktik keahlian profesi menjadi tanggung jawab institusi pasangan masing-masing sekolah.
Kebijakan kemitraan muncul karena disadari bahwa penguasaan keahlian profesional yang sebenarnya hanya dapat dicapai melalui kerja nyata di tempat kerja yang sebenarnya dan bukan di sekolah. Sekolah mampu memberikan kemampuan dasar kejuruan yang kuat, sehingga dengan bekal kemampuan dasar kejuruan yang kuat dapat membantu siswa dalam mendalami pelatihan-pelatihan kerja yang lebih kompleks dan spesifik di dunia kerja. Dengan demikian, kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan keharusan.
Suatu hal yang perlu dicermati oleh sekolah dan dunia usaha yaitu adanya perbedaan sistem nilai yang berlaku pada kedua lembaga tersebut. Di sekolah umumnya hasil kerja dinilai dengan angka 0-10 atau 10-100, resiko gagal masih ditolerir, toleransi penggunaan waktu agak longgar, kegagalan dan keterlambatan tidak selalu diartikan sebagai kerugian, semangat dan motivasi siswa tergantung kecakapan guru, sulit membentuk etos kerja karena lingkungan sekolah santai, lamban mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan teori, dan praktik yang dilakukan masih merupakan simulasi. Di lingkungan dunia usaha/industri hasil pekerjaan diukur dengan diterima atau ditolak, resiko kegagalan bisa fatal berarti rugi uang dan reputasi rusak, penggunaan waktu yang ketat, kegagalan dan keterlambatan dianggap/sebagai kerugian, lingkungan kerja memberi kesempatan setiap orang untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerjanya, kondisi mendorong membentuk etos kerja, lebih cepat mengikuti kemajuan Ipteks, lingkungan kerja dan praktik yang dilakukan berorientasi pasar.
Mengingat adanya perbedaan yang mendasar antara sistem nilai yang berlaku di sekolah dan dunia kerja, maka sekolah benar-benar mempersiapkan siswanya sebelum masuk dunia kerja. Persiapan tersebut meliputi pengetahun kerja, keterampilan kerja, sikap/budaya kerja, dan harus mencari informasi tentang kebutuhan akan industri pasangannya tentang kemampuan dasar kerja yang harus dikuasai siswa sebelum diterjunkan dalam praktik di dunia kerja.
Program kemitraan atau Kerjsama sekolah dan Dunia Usaha/Industri apabila terbangun secara baik akan memberikan nilai tambah bagi Dudi, sekolah maupun siswa.
a. Nilai tambah bagi dunia usaha adalah, (1) dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaan, (2) pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga kerja yang dapat memberi keuntungan, (3) selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan terhadap aturan perusahaan, (4) dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan, dan (5) memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui pendidikan sistem ganda.
b. Nilai tambah bagi sekolah adalah lebih terjaminnya pencapaian: (1) tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik, (2) tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan, (3) terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, dan (4) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan.
c. Nilai tambah bagi peserta didik adalah: (1) hasil belajar akan lebih bermakna, karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan, (2) waktu untuk mencapai keahlian profesional menjadi singkat, (3) keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga dan percaya diri tamatan, yang selanjutnya dapat mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994).
I. METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, mulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 1 November 2010.
2. Personalia
Penelitian dilaksanakan oleh peneliti sendiri, Jamhari SP. sebagai kepala SMK Muhammadiyah 1 Sangatta Kutai Timur, bersama-sama dengan kolaborator yaitu, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Tita Indriani S.Pd dan Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Ambang Dwi Sapto dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Ahmad Natsir, ST.
3. Disain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Sekolah. Langkah-langkah penelitian direncanakan 2 siklus seperti terlihat pada Gambar 1:
Gambar: Rencana Siklus 1 sampai Siklus 2
Langkah-langkah penelitian dalam gambar di atas dapat dijelaskan dalam Tabel 6:
Tabel 1: Rencana langkah-langkah PTS
SIKLUS LANGKAH RENCANA KEGIATAN HASIL
Siklus 1 Perencanaan • Identifikasi masalah dan penetapan tindakan
• Perumusan skenario tindakan
• Persiapan tindakan: instrumen, kolaborator, jadwal, dsb.
• Penentuan macam-macam data yang diperlukan dan bagaimana cara memperolehnya.
• Identifikasi kompetensi-kompetensi yang menjadi standar penerimaan karyawan di Dudi. Dan indentifikasi kompetensi-kompetensi lulusan yang tertuang dalam KTSP dengan indikator
• Masalah: Keterserapan Lulusan ke Dudi
• Tindakan: Promosi lulusan. Standar Skill penerimaan tenaga kerja oleh Dudi. Kesesuaian Kompetensi lulusan dengan Skill yang diinginkan oleh Dudi.
• Apakah kesesuaian kompetensi lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja/Dudi dapat meningkatnya keterserapan lulusan ke pasar kerja ? Rencana tindakan:
• Promosi lulusan kepada Dudi yang relevan. Membangunan kerjasama dalam peningkatan kualitas pendidikan.
• Kepala sekolah menjalin kerjasama dengan Dudi sebanyak-banyaknya.
• Kepala sekolah dan Dudi melakukan sosialisasi kepada siswa tentang standar, ketentuan dan kriteria Dudi dalam penerimaan tenaga kerja..
• Tindakan dilakukan sampai semua guru, siswa mendapatkan tindakan.
• Instrumen dan panduan pengisiannya terlampir.
Pelaksanaan • Tindakan dilakukan sesuai rencana selama dua minggu.
• Tindakan dilakukan bersama-sama dengan kolaborator, minimal salah satu harus selalu bersama-sama selama tindakan dilakukan. • Tindakan dapat dilaksanakan sesuai skenario.
Pengamatan • Pengamatan dilakukan dengan instrumen
• Data diperoleh sesuai prosedur
• Seluruh kejadian dalam proses tindakan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan • Data kuantitatif
• Data kualitatif
• Catatan peristiwa selama proses tindakan
Refleksi • Evaluasi tindakan dan data-data yang diperoleh
• Pertemuan membahas hasil evaluasi
• Merencanakan langkah-langkah siklus 2 • Masalah atau kesulitan yang dialami
• Peristiwa yang terjadi di luar skenario
• Rencana langkah-langkah siklus 2.
Siklus 2 Perencanaan • Pemasaran lulusan secara tertulis. Ke Dudi
• Rencana langkah sesuai hasil refleksi siklus 1.
Pelaksanaan Pelaksanaan sesuai skenario siklus 2
Pengamatan Pengamatan sesuai rencana siklus 2
Refleksi Evaluasi siklus 2
Kesimpulan, saran, rekomendasi
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan PTS ini disusun berdasarkan pada indikasi permasalahan yang telah diuraikan di depan, yaitu:
No Indikator Pencapaian
1. Kompetensi Lulusan sesuai dengan harapan DUdi 100%
2. Siswa kelas 12 sudah diterima di Dudi oleh Dudi untuk tahun pelajaran yang berjalan menunggu pengumuman UN. 70%
3. Ratio ketersdiaan media pembelajaran praktik dengan siswa 90%
5. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan
1. Penyusunan Proposal 26 September ’10
2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan bersama guru
3. Pemberian Informasi kepada guru dan Siswa Penjelasan instrumen
4. Refleksi & Perencanaan
5. Pelaksanaan Siklus - 1
6. Observasi Siklus - 1
7. Penyebaran angket -1
8. Pengolahan Data - 1
9. Refleksi & Perencanaan
10. Pelaksanaan Siklus - 2
11. Observasi Siklus - 2
12. Penyebaran angket -2
13. Pengolahan Data - 2
14. Refleksi dan Pembahasan
15. Kesimpulan
16. Penyusunan Laporan
6. Rencana Anggaran
Honorarium
Ketua Peneliti : Rp. 500.000,-
Anggota Peneliti/Observer @ 200 rb : Rp. 400.000.-
Pembimbing : Rp. 500.000,-
Tenaga Administrasi : Rp. 100.000.- +
Jumlah : Rp.1.500.000.-
Bahan Habis dan Peralatan Penelitian
Perlengkapan peneliti : Rp. 100.000
Buku-buku literatur : Rp. 1.000.000.-
Pembelian ATK: kertas A4 HVS, tinta, dll. : Rp. 1.000.000.-+
Jumlah : Rp. 2.100.000.-
Transportasi/Perjalanan
Transport 4 orang/hari @ Rp 150rb : Rp. 1.000.000.-
Persiapan dan Pelaporan
Penyusunan proposal : Rp. 100.000.-
Pengolahan dan analisis data : Rp. 100.000.-
Penulisan draft laporan penelitian : Rp. 100.000.-
Penulisan naskah akhir : Rp. 100.000.-
Penjilidan dan pengiriman laporan : Rp. 100.000.-+
Jumlah : Rp. 500.000.-
Rapat, Diskusi dan Seminar
Rapat dan diskusi tim ahli 3x Rp.500rb : Rp. 2.500.000.-
Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000.-
Jumlah : Rp. 3.000.000.-
Jumlah Seluruh Anggaran
Honorarium : Rp. 2.500.000.-
Bahan habis dan peralatan penelitian : Rp. 1.500.000.-
Transportasi : Rp. 1.000.000.-
Persiapan dan laporan pembelajaran : Rp. 500.000.-
Rapat, diskusi dan seminar : Rp. 3.000.000.-+
Jumlah Total Anggaran : Rp. 8.500.000.-
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, nomor 0024/SK-Pos/BSNP/XII/2009, Tentang POS UN 2009/2010
Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary technical and vocational education the united Kingdom. London: Unesco.
Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational education. Columbus, OH: Charles E. Merril Publishing Company.
Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital: Earning of Woman.
Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56.
National Council for Research into Vocational Education (NCRVE). (1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio: NCRVE Publication.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and training policies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in administration of vocational education. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.
LAMPIRAN I
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia
Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada
SMK Muhammadiyah 1 Sangatta
Peneliti : Jamhari SP
Kolega : ......................................................
No. Kegiatan Mgu-1 Mgu-2 Mgu-3 Mgu-4 Keterangan
1. Penyusunan Proposal 26 Agustus ’10
2. Koordinasi dan Peren-canaan awal Dilakukan bersama ......... kolega
3. Pemberian Informasi kepada peserta diklat Penjelasan instrumen
4. Refleksi & Perencanaan
5. Pelaksanaan Siklus - 1
6. Observasi Siklus - 1
7. Penyebaran angket -1
8. Pengolahan Data - 1
9. Refleksi & Perencanaan
10. Pelaksanaan Siklus - 2
11. Observasi Siklus - 2
12. Penyebaran angket -2
13. Pengolahan Data - 2
14. ........dst.nya.........
15. Kesimpulan
16. Penyusunan Laporan
LAMPIRAN II
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Penyerapan Dudi (Dunia
Kerja Dan Dunia Industri) Terhadap Lulusan Pada
SMK Muhammadiyah 1 Sangatta
Peneliti : Jamhari SP
Kolega : ......................................................
No. Uraian Biaya (Rp.) Keterangan
1. Penyusunan Proposal
2. Kertas HVS A-4/80 gram
3. Tinta HP-Laserjet
4. Tinta HP-Deskjet
5. Buku Referensi
6. Penggandaan
7. Penjilidan
8. Pelaksanaan penelitian
9. ..... dst.nya
10.
11.
JUMLAH
Terbilang : ...........................................
Samarinda, 26 Setember 2010
Jamhari SP
NUPTK : 7737 7476 5020 0022
Senin, 27 September 2010
Proposal PTS Pengawas
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
UPAYA PENINGKATAN KINERJA
GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH TAHUN 2010-2011
DI KABUPATEN KUTAI TIMUR
Oleh :
ACHMAD ROSYIDI, S.Pd
NIP. 19590922 198409 1 001
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
PENGAWAS TK/SD
TAHUN 2010
A. Latar Belakang Masalah
Guru yang professional harus memiliki 5 kompetensi yang salah satunya adalah penyusunan program yaitu menyusun RPP untuk mempersiapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Akademik Guru, dan Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
Dalam realitasnya, sebagian besar guru kesulitan dalam menyusun RPP. Salah satu penyebabnya:
1. Terdapat 30 % guru yang membuat RPP dan sudah menerapkan pada disekolahnya
2. Terdapat 30% guru yang sudah mengikuti pelatihan penyusunan RPP namum belum bisa menerapkan pada sekolahnya;
3. Terdapat 40 % guru yang belum pernah mengikuti pelatihan dalam penyusunan RPP, mereka hanya copy paste pada rekannya.
Kondisi tersebut, tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada solusi atau tindakan nyata dari kalangan para pengawa pembina. Berkaitan dengan itu, para guru harus dibina dan difasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun RPP.
B. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahannya
Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP sesungguhnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pelatihan, mengikutsertakan guru dalam seminar-seminar dan workshop, menyediakan berbagai panduan dan modul, semiloka, serta berbagai upaya lainnya. Namun dengan mempertimbangkan segala keunggulan dan kelemahannya, maka yang lebih tepat adalah Pelatihan simulasi . Pertimbangannya, dengan simulasi guru lebih proaktive dan membentuk karekter diri dalam upaya untuk menyusun RPP. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian: “apakah melalui pelatihan penyusunan pembuatan RPP dapat meningkatkan kinerja guru mapel matematika pada Sekolah Binaan SD Kabupaten Kutai Timur”?
Rencana Pemecahan :
o Rencana pemecahan masalah ini dilakukan dengan pelatihan simulasi penyusunan RPP pada guru mapel matematika untuk meningkatkan kinerja guru.
o Adapun pengambilan keputusan tersbut dapat merubah paradigma guru didalam menyusun RPP yang sesuai dengan ketercapaian kompetensi dasar yang dituntut di dalam KTSP.
C. Tujuan Penelitian Tindakan
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dalam penyusunan RPP adalah membantu Guru Mapel matematika dalam menyusun RPP sehingga dapat menjadi acuan di dalam proses pembelajaran, sehingga ketuntasan minimal dapat tercapai.
D. Manfaat Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan. Pertama, memberikan manfaat yang besar dalam pemecahan masalah guru dalam penyusunan RPP yang. Kedua, Keberadaan guru mapel matematika semakin diakui dan di kalangan para guru. Ketiga, kemampuan pengawas sekolah dapat lebih meningkat untuk melakukan pembinaan kepada guru. Keempat, kemampuan guru maupun kemampuan para siswa di sekolah dipastikan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut meningkat.
E. Kajian Pustaka
Penelitian ini memerlukan referensi yang relevan dengan konsep, prinsip, dan prosedur pelaksanakan penelitian tindakan sekolah, seperti buku-buku dan jurnal tentang topik penelitian pada umumnya yang berkaitan langsung dengan penelitian tindakan. Di samping itu, perlu juga melakukan kajian pustaka tentang RPP, seperti kedudukan, tugas pokok, fungsi, peranan, dan program-program serta kinerja yang dapat dilaksanakan oleh guru. Selanjutnya, perlu pula melakukan kajian terhadap kemungkinan dampak yang dapat diperoleh dari pemberdayaan guru di Sekolah.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di SD Binaan Kabupaten Kutai Timur, khususnya guru mata pelajaran matemtika. Jumlah guru yang terlibat sebanyak 45 orang guru.
2. Persiapan TindakanPelaksanaan penelitian ini akan didahului dengan melakukan persiapan berupa skenario kegiatan, jadwal waktu dan tempat, narasumber yang diperlukan, sarana pendukung lainnya, seperti sumber belajar, lembar observasi, serta rubrik penilaian proposal dan laporan penelitian sekolah yang dibuat.
3. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan ini akan mengintrodusir pemberdayaan guru mapel matemtika SD pada SD di Kabupaten Kutai Timur dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
Seiring dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan guru akan dilakukan pengamatan terhadap proses dan progres serta hasil-hasil lainnya. Untuk keperluan ini, peneliti melaksanakan sendiri dengan bantuan alat lembar observasi serta rubrik, yang dipersiapkan sebelumnya.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi dalam bentuk forum presentasi proposal dan laporan singkat hasil penelitiannya, dengan meminta bantuan reviewer dari kalangan perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama proses kegiatan pemberdayaan guru serta hasil evaluasi yang dilakukan akan dilanjutkan dengan refleksi, untuk menemukan hal-hal positif dan hal-hal negatif yang masih memerlukan perbaikan.
Penelitian ini akan dikakukan minimal dalam dua siklus. Pada siklus pertama, peneliti akan melaksanakan tindakan seperti yang sudah dipaparkan dalam rencana/persiapan di atas. Pada siklus kedua atau setersusnya akan mengimplementasikan rencana yang sudah direvisi berdasarkan hasil dan temuan pada siklus pertama atau sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki Wibawa, 2004. Penelitian Tindakan Kelas (Editor: Suwondo, Imam Sutadji, dan Johan Susanto). Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan adan Pelatihan (TOT) Pengembanngan Profesi bagi Jabatan Funngsional Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai Penataran Guru (BPG) Semarang.
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kasbolah, K, 1980, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta, Depdikbud LBRD Loan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Menuju jalan kesuksesan
Perangkat Pembelajaran Jenjang SD / MI
*Perangkat Pembelajaran Jenjang SD / MI Kelas 1 , 2, 3, 4, 5, & 6 Lengkap ( Recomended)* Tahun Pelajaran 2018 - 2019 ✅ *Aplikasi Raport...
-
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH TAHUN 2010-2011 ...
-
TUGAS PILIHAN MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI Ketentuan penyusunan : 1. miminimal 5 halaman max 10 halaman ( tidak termasuk halaman jud...
-
Sistematika Makalah :sistematika penulisan terdiri atas : judul, daftar isi, latar belakang ( menguraikann tentang jawaban pertanyaan...